Perebutan Piala Tarung Ayam WS168, Komang Berhasil Keluar Menjadi Juara Tarung Ayam Tahun 2025 dan Mendapatkan Hadiah 270 Juta
Pertarungan tarung ayam WS168 tahun 2025 menjadi salah satu ajang paling bergengsi dan dinantikan para pecinta olahraga tradisional ini di seluruh Nusantara. Acara yang berlangsung di arena utama WS168 Arena di Denpasar, Bali, menarik perhatian puluhan ribu penonton baik yang hadir secara langsung maupun yang menyaksikan melalui siaran daring. Dari sekian banyak peserta yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, nama Komang sukses mencuri perhatian publik setelah berhasil menyabet gelar juara utama dan membawa pulang hadiah sebesar 270 juta rupiah.
Komang bukanlah nama baru dalam dunia tarung ayam. Pria asal Gianyar ini dikenal sebagai pelatih sekaligus pemilik ayam petarung yang telah malang melintang dalam berbagai kompetisi regional dan nasional. Namun kemenangan kali ini terasa sangat spesial, karena selain mengalahkan para lawan berat dari pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi, Komang juga memperlihatkan strategi yang begitu matang dan penuh perhitungan. Banyak yang penasaran, bagaimana sebenarnya trik Komang hingga mampu mendominasi pertandingan dan mengamankan posisi tertinggi?
Persiapan yang Teliti Sejak Jauh Hari
Tidak ada kemenangan tanpa persiapan, dan hal ini sangat diyakini oleh Komang. Dalam wawancara singkat setelah pertandingan final, ia menjelaskan bahwa segala sesuatunya telah ia rencanakan dengan sangat rinci sejak enam bulan sebelum turnamen dimulai. Mulai dari pemilihan bibit ayam, pola pelatihan, hingga pemberian pakan, semua dilakukan dengan perhatian penuh terhadap detail.
Komang memilih ayam jenis Bangkok campuran yang telah ia kembangkan sendiri melalui proses seleksi ketat. Menurutnya, ayam dengan darah campuran lokal dan Bangkok memiliki daya tahan fisik yang lebih baik serta kecerdasan saat bertarung. Ia bahkan mengklaim bahwa ayam miliknya bisa membaca gerakan lawan dan merespons dengan lebih cepat daripada ayam jenis lain.
Pola Latihan yang Terstruktur
Salah satu aspek penting dari strategi Komang adalah pola latihan ayam yang sangat terstruktur. Ia membagi sesi latihan menjadi tiga bagian: fisik, mental, dan teknik.
- Latihan fisik meliputi lari pagi di atas pasir, latihan lompat, serta latihan daya tahan dengan membawa beban ringan. Hal ini bertujuan agar ayam memiliki otot yang kuat dan tidak mudah lelah saat bertarung.
- Latihan mental dilakukan dengan mempertemukan ayamnya dengan berbagai jenis ayam dari kandang berbeda dalam situasi simulasi pertarungan. Bukan untuk bertarung langsung, tapi lebih kepada mengenalkan suasana lapangan dan lawan, agar tidak mudah stres saat bertanding sungguhan.
- Latihan teknik melibatkan sparring ringan dengan ayam latih tandingan. Dalam sesi ini, Komang mengarahkan ayam untuk menyerang bagian-bagian vital seperti leher, dada, dan pangkal sayap. Menurutnya, serangan yang diarahkan ke titik-titik tersebut lebih efektif untuk menjatuhkan lawan dalam waktu singkat.
Nutrisi yang Disesuaikan dengan Siklus Latihan
Komang tidak sembarangan memberi makan ayamnya. Ia memiliki jadwal diet khusus yang disesuaikan dengan siklus latihan dan waktu pertandingan. Pakan utama terdiri dari jagung kuning, dedak, dan sedikit campuran serangga kering yang mengandung protein tinggi. Selain itu, Komang juga menambahkan suplemen herbal seperti jahe, kunyit, dan temulawak untuk menjaga stamina serta meningkatkan daya tahan tubuh ayamnya.
Saat mendekati hari pertandingan, pola makan ayam diubah secara bertahap untuk memastikan tubuh ayam dalam kondisi prima tanpa kelebihan berat badan. Ia juga menghentikan semua latihan berat dua hari sebelum pertandingan untuk memberikan waktu pemulihan fisik total.
Manajemen Psikologis dan Kedekatan Emosional
Satu hal yang menarik dari metode Komang adalah pendekatannya yang sangat personal terhadap ayam-ayamnya. Ia memperlakukan ayam petarungnya bukan hanya sebagai binatang peliharaan, tapi sebagai partner dalam bertarung. Komang menghabiskan banyak waktu berbicara dengan ayamnya, bahkan memberi nama-nama khusus yang membuat ikatan antara dirinya dan ayam tersebut semakin kuat.
Menurut beberapa pengamat, pendekatan ini membuat ayam merasa lebih percaya diri saat berada di arena. Ia tidak merasa sendirian, karena kehadiran pemilik yang dikenal membuatnya tenang dan siap bertarung maksimal.
Analisis Lawan Secara Cermat
Sebelum pertandingan, Komang meluangkan waktu untuk mengamati video pertandingan ayam-ayam pesaing. Ia mencatat gaya bertarung mereka, pola serangan, serta titik kelemahan yang bisa dieksploitasi. Pendekatan analitis ini membuat Komang mampu menyiapkan strategi spesifik untuk setiap lawan, bukan hanya mengandalkan keberuntungan atau kekuatan ayam semata.
Ketika melawan ayam dari Surabaya di babak semifinal, misalnya, Komang menginstruksikan ayamnya untuk menyerang sisi kanan lawan secara terus-menerus. Ini dilakukan karena berdasarkan pengamatan, lawan cenderung membuka pertahanan di sisi kanan saat bertahan. Strategi ini terbukti berhasil dan ayam lawan tumbang hanya dalam waktu kurang dari tiga menit.
Ketenangan Saat Bertanding
Di saat peserta lain terlihat tegang saat memasuki arena, Komang tetap tenang. Ia tidak banyak berbicara, fokus pada ayamnya, dan memastikan semua kondisi teknis telah dicek dengan baik. Menurut beberapa orang yang mengenalnya, ketenangan Komang juga menular ke ayamnya yang tampil sangat percaya diri sejak awal laga.
Kemenangan demi kemenangan pun diraih dengan gaya bertarung yang konsisten—cepat, agresif, namun terukur. Hingga pada akhirnya, di babak final melawan ayam dari Makassar, ayam Komang berhasil mengunci kemenangan dalam ronde kedua melalui serangan bertubi-tubi yang membuat lawan tidak mampu lagi bertahan.
Kemenangan dan Harapan Baru
Dengan hadiah sebesar 270 juta rupiah, Komang berencana mengembangkan kandang pelatihannya menjadi pusat pelatihan ayam petarung skala nasional. Ia juga ingin membagikan pengetahuan dan pengalamannya kepada generasi muda agar olahraga tradisional ini tetap hidup dan berkembang.
Meskipun banyak yang menganggap tarung ayam hanya sebagai hiburan, bagi Komang dan komunitasnya, ini adalah budaya yang kaya akan filosofi dan nilai. Dari pemilihan ayam, proses pelatihan, hingga pertarungan itu sendiri, semuanya mencerminkan kerja keras, strategi, dan kedekatan antara manusia dan hewan peliharaan mereka. Tak heran jika kemenangan Komang dalam ajang WS168 tahun ini menjadi inspirasi bagi banyak orang di seluruh Indonesia.